Cari Blog Ini

Rabu, 25 Mei 2011

Nilai Tinggi Tidak Penting?


Jika pelajar ditanya, apa orientasimu mendapat nilai tinggi dalam studi? Dapat dipastikan jawaban setiap pelajar akan berbeda, mungkin juga ada sebagian dari mereka tidak dapat menjawab.

Perbedaan jawaban dari setiap pelajar bila diajukan pertanyaan semisal sangatlah lumrah. Ada yang menjawab untuk mempermudah melanjutkan studi yang lebih tnggi, adapula yang menjawab untuk mempermudah mencari pekerjaan, kasihan orang tua, biar tidak malu dengan teman dan pacar serta jawaban yang berbeda lainnya.

Namun ternyata kita bukan hanya manusia yang dimanusiakan, lebih dari itu kita adalah hamba Allah dan umat rasulNya yang paling mulia dan paling berpengaruh di jagad raya ini. Bolehlah kita menjawab pertanyaan tentang nilai dengan berbagai orientasi keduniaan tetapi perlu diketahui bahwa Islam telah menganjurkan seseorang untuk mendapat nilai yang tinggi bukan hanya pada nilai dalam studi, namun seluruh nilai aplikasi kehidupan ini.

Tidak benar jika pelajar menganggap nilai itu tidak penting. Sebagian mereka yang beranggapan seperti itu lebih memilih esensi dari nilai baik itu sendiri, dengan mengatakan, “Saya dengan nilai jelek lebih mampu daripada dia yang bernilai tinggi dalam hal .......”. jika demikian, bagaimana bila saya ajukan agar anda menjadi orang yang mampu dalam hal ....... namun juga memiliki nilai baik. Bukankah itu lebih baik. Nah.... ternyata nilai yang baik itu penting. Karena nilaimu adalah ibadahmu. Mulailah menyadari kalau nilai itu penting, bila ditanyakan pertanyaan itu dengan menjawab...

Pertama, Allah berfirman di dalam Al-Quran surat Al-Mulk ayat 2 yang artinya, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Dari arti ayat tersebut, Allah akan melihat siapa yang lebih baik amalnya dalam segala aspek praktek kebaikan dalam hidup ini. Tersirat bahwa Allah lebih menghendaki hambaNya yang memiliki nilai tinggi dalam segala aspek untuk dibalas dengan kebaikan yang tinggi pula. Balasan Allah sesuai dengan apa yang dikerjakan manusia, baik kualitas dan kuntitas amalnya. Dan sangat logis bila Allah lebih mencintai hambaNya yang lebih baik amalnya dari yang terbaik.

Kedua, anjuran Rasulullah kepada umatnya dalam mengerjakan sesuatu yaitu itqon. Mengerjakan sesuatu dengan optimal dan profesional. Terkait dengan nilai dalam studi, nilai yang maksimal cermin dari belajar dan usaha yang maksimal. InshaAllah.   

Ketiga, salah satu kewajiban muslim yang tidak pernah lepas sampai akhir hayat adalah dakwah. Metode dakwah yang sangat mudah dan memiliki pengaruh yang besar adalah menjadi qudwah bagi mad’unya. Kalau nilai anda jeblok bin anjlok, bagaimana anda bisa jadi qudwah bagi yang lain?

Keempat, biasanya setiap orang akan menilai anda dengan mindset yang mereka punya. Memiliki nilai tinggi dalam studi membentuk mindset orang lain kepada anda baik, sebaliknya nilai rendah dalam studi biasanya membentuk mindset kepada kemalasan. Padahal Rasulullah menganjurkan kepada anda untuk memperindah tampilan (mindset) agar menjadi terhormat ditengah masyarakat. Hal ini juga terkait dengan jalan dakwah anda.

Kelima, jika anda tidak percaya bila nilai sebagai salah satu performa, saya ingin bertanya, “Apa performen anda yang sekarang dapat dicontoh aktivis lainnya?” bila tidak berharta banyak, tapi kokoh aqidahnya, walau harus disiksa, depecat dari pekerjaan dan dihina, istiqomah adzan dan sholat jma’ah setelah wudhu’, rutinitas sehari-hari dan berbagai macam kegiatan sehingga terompanya didengar di surga?.

Keenam, melihat keadaan negara kita saat ini membuat kita miris. Negara ini membutuhkan SDM yang unggul. Kedepan, SDM kita dituntut memiliki dan memenuhi persyaratan formal, pendidikan, jabatan, pengalaman, kemampuan, integritas moral, agar negeri ini berjaya jika kita yang mengelolanya.  untuk itu mahasiswa perlu membuat pengalaman sukses-sukses kecil agar ia bisa membuat sukses yg besar. Salah satunya dengan mendapat nilai yang tinggi dalam studi. Itu salah satu sukses kecil.

Ketujuh, semua Nabi cerdas dalam segala hal . Sehingga dapat merumuskan solusi bagi umatnya, solusi bagi dirinya sendiri dan solusi bagi keluarganya. Kecerdasan memiliki indikasi untuk cepat dalam memecahkan masalah. Pelajar sebagai salah satu dari jutaan umat Rasul, seharusnya mengambil qudwah darinya. Bagaimana dikatakan cerdas jika nilai yang didapat dalam studi tidak memuaskan karena hanya soal dari para guru maupun dosen?

Kedelapan, suatu saat nanti anda akan berkeluarga dan mempunyai anak. Jika nanti anak anda bertanya, “mana nilai bapak waktu sekolah?” walau anda sukses dengan nilai jelek, tapi keteladanan yang sempurna bagi anak sangatlah berpengaruh. Bukankah sukses dengan nilai yang baik lebih menjadi teladan bagi anak anda.

Kesembilan, bukan terakhir. Nilai jelek, terlambat lulus atau bahkan tidak lulus adalah hal buruk yang tidak patut menjadi contoh dan dicontoh.

Kesepuluh, dan untuk seterusnya bisa anda cari sendiri.  

Sekiranya jawaban seperti ini lebih menunjukkan jati diri kita sebagai hambaNya. Lebih mengandung moral kemanusian yang tidak berorentasi hanya untuk mengikuti keegoisan diri. Kita mengetahui rumus kehidupan bukan ikhtiar lalu Allah tapi Allah, ikhtiar, Allah. Jangan lupa ilah kita. Dan juga mengetahui betapa pentingnya nilai itu.

Kini saatnya bagi anda dan saya untuk memperbaharui niat (tajdid an-niat). Mengubah segala orientasi duniawi kepada orientasi ilahi. Menyandarkan semua urusan kepadaNya. Sehingga saat kesulitan yang kita hadapi, jauh disana menunggu kemudahan penuh kebahagian. Semoga Allah selalu membimbing kita pada jalanNya. Amin

Allahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar